BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jamur tiram adalah salah satu jamur
yang sangat laku di pasaran dan sebagai salah satu bahan makanan. Jamur tiram
sangatlah sulit untuk ditemukan dan kemunculannya juga hanya sedikit untuk
didapatkan. Oleh karena itu diperlukan suatu budidaya jamur tiram untuk
memenuhi permintaan pasar, karena tidak sedikit jamur tiram yang berasal dari
indonesia di impor ke luar negri.
Namun usaha dalam budidaya jamur
tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang
kurang benar. Meskipun gampang, tetapi perlu diperhatikan juga faktor-faktor
seperti lingkungan, kebersihannya, serta konsistensi selama perawatan. Jika
faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya kurang
optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan.
Oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya tersebut.
Jamur tiram yang sering
dibudidayakan salah satunya yaitu jamur tiram putih, yang berwarna putih agak
krem dengan diameter 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium serta dapat tumbuh
dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam
kantong plastik. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai
kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum melakukan budidaya
jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya, jamur tiram
tumbuh di hutan dan berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman
berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur
tiram, karena perlu diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya
matahari yang banyak .
1.2
Rumusan Masalah
Bertolak
dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :.
1. Bagaimana karakteristik jamur tiram?
2. Apa saja kandungan gizi yang
terkandung dalam jamur tiram?
3. Apa saja persiapan
yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
4. Bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram?
5. Bagaimana
penentuan masa panen dan cara memanen jamur tiram?
6. Apa saja hal–hal
yang perlu di perhatikan agar budidaya jamur tiram tidak mengalami kegagalan?
7. Bagaimana cara
pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan masalah yang penulis teliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui karakteristik jamur
tiram.
2. Mengetahui kandungan gizi yang
terdapat dalam jamur tiram.
3. Mengetahui persiapan-persiapan yang
harus dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram.
4. Mengetahui proses penanaman jamur
tiram.
5. Mengetahui penentuan masa panen dan
cara memanen jamur tiram.
6. Mengetahui hal yang harus
diperhatikan dalam budidaya jamur tiram.
7. Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam
proses pembudidayaan jamur tiram.
1.4
Manfaat Penelitian
Penyusun
mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi siapun yang
membacanya, baik secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak yang bisa
membudidayakan tamana jamur dan dapat menggurangi pengganguran yang ada saat
ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Budidaya
Dalam
pertanian,
budi daya merupakan kegiatan
terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada
suatu areal lahan
untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai
inti dari usaha tani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
budi daya adalah "usaha yang bermanfaat dan memberi hasil".
Budidaya
adalah suatu proses menghasilkan bahan pangan dan berbagai produk agroindustri lainnya
dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. yang menjadi objek budidaya tanaman
ini antara lain tanaman holtikultura, tanaman pangan dan tanaman perkebunan.
(Chairani Hanun dalam buku Teknik Budidaya Tanaman tahun 2008
Budidaya
adalah berbagai macam kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam
nabati yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan modal, teknologi, ataupun
dengan sumber daya lainnya untuk menghasilkan suatu produk berupa barang yang
bisa memenuhi kebutuhan manusia. (PP RI No. 18 Tahun 2010 tentang Usaha
Budidaya Tanaman)
B.
Definisi Jamur Tiram
Jamur merupakan jamur yang banyak digemari oleh masyarakat. Selain
kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial. Jamur
juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis. Pada
masyarakat Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari jamur sudah menjadi
menu yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang sangat baik bagi
tubuh. Di Indonesia, konsumsi jamur dari tahun diketahui semakin meningkat
seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat dan
terjangkau. (ganeshamicsoft.indojamur.com,2010).
Jamur juga merupakan sumber vitamin anatara lain
thiamin, niacin, biotin, dan asam askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan
pada jamur, namun dalam jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan
precursor vitamin D. Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral
lain yang dikandung, diantarannya kalsium dan zat besi (Jamurtiramputih’sWeblog.htm,2008).
Menurut Mohammad Amin, jamur tiram merupakan jamur
yang berasal dari Divisi Basidiomycotina dari jenis pleurotus (jamur
kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di potongan-potongan kayu. Nama
Bassidiomycota itu sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu Bassidium yang
berarti “alat kecil”. Bentuk bassidiom tersebut bentuknya mirip payung dan gada
sehingga fungi tersebut juga dikenal dengan nama umum fungi gada (club fungi).
Menurut
Neil A. Cambell Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk
kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga
krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan
bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal
dengan sebutan King Oyster Mushroom.
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Karakteristik Jamur Tiram
a) Karakteristik
Jamur Tiram Secara Umum :
Ø Heterotrofsaprofit
Ø Multiseluler.
Ø Tubuh disusun
oleh hifa dan miselium dan tubuh buah.
Ø Hifa
bersekat.
Ø Spora
dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi secara seksual.
Ø Reproduksi
menghasilkan spora, dilakukan melalui 2 cara yaitu :
1)
Aseksual : dilakukan saat kondisi lingkungan
mendukung.
2)
Seksual : dilakukan bila kondisi
lingkungan kurang mendukung
Ø Alat
reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidium.
Ø Basidium
merupakan badan yangberasal dari sebuah sel yang membesar, selanjutnya
membentuk empat tonjolan .
Ø Tonjolan
dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hingga akhirnya dihasilkan empat sel
yang masing- masing dengan sebuah Basidiospora.
Ø Seluruh
basidium berkumpul membentuk badan yang disebut basidiokarp.
Ø Bentuk
basidiokap bervariasi, ada yang seperti papan, paying, bola, dan ada yang tidak
beraturan.
b) Karakteristik Jamur Tiram Secara
Khusus :
Ø Tubuh buah
jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus)
dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai
nama binomial Pleurotus ostreatus.
Ø Bagian
tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga
putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung
mulus sedikit berlekuk.
Ø Selain itu,
jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta
miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Ø Di alam
bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan
daerah yang sejuk.
Ø Tubuh buah terlihat
saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang
pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur
kayu.
Ø Untuk itu,
saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan
habitat alaminya.
Ø Media yang
umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang
merupakan limbah dari penggergajian kayu
Ø Budi daya
jamur tiram dapat pula menggunakan substrat jerami dengan tahapan tertentu
Ø Jamur tiram
tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium
jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya
matahari berlimpah.
3.2 Kandungan
Gizi Jamur Tiram
Berdasarkan penelitian Sunan
Pongsamart, biochemistry, Faculty of
Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein,
air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin
B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya
vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Untuk kandungan
proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%. Komposisi dan
kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4
persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin,
4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang
dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh.
Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6
%.
Kandungan gizi jamur tiram menurut
Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 –
4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan
asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya
10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu
sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin,
metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan
fenilalanin.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan
proteinnya 15-20% dari berat keringnya. Daya cernanya pun tinggi mencapai
34-89%. Sifat nutrisi kelengkapan asam amino yang dimiliki oleh jamur lebih
menentukan mutu gizinya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89%air. Kandungan
lemak cukup rendah anatara 1,08-9,4% dari berat kering terdiri dari asam lemak
bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida (jamurtiramputih’s
Weblog.htm.,2008).
3.3 Persiapan yang dilakukan dalam Pembudidayaan Jamur
Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal
yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah
kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit
tanaman jamur tiram dapat dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya
jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat
peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur
tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media
dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan
dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan
takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran
yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh
berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada
kondisi lingkungan setempat.
Sebagai media tumbuh jamur tiram,
serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang
digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat
berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram. Hal ini karena
kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis
kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain
sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu
pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa
terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur.
Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan
plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika
terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk
meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas berukuran
20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung
jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan
air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman
bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
3.4 Proses
dalam Pembudidayaan Jamur Tiram
Adapun proses pembuatan jamur tiram
adalah sebagai berikut :
1. Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan.
Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik substrat.
2. Bahan
yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik.
Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang
dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
·
Serbuk gergaji 10,5 kg
·
Tepung jagung 0,6 kg
·
Dedak halus 21 kg
·
TSP 1 kg
·
Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3. Campuran
bahan dimasukan ke dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal
0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus
adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari
telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan
dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak
terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4. Tiap
log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5. Sisa
ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik
tersebut dengan karet tahan panas.
6. Tutup
mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat
lagi dengan karet.
7. Dilakukan
pengukusan terhadap log media selama 12 jam.
8. Lamanya
pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9. Setelah
selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau
sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan
penanaman bibit.
10. Setelah
media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·
Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
·
Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
·
Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan
alkohol 95%
·
Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan
diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan ditanamkan
disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan
bibit, disimpan lampu spirtus.
·
Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
·
Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
·
Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan
api dari lampu spirtus.
·
Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup
kembali dengan kapas.
·
Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus
teliti.
11. Media yang
sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12. Biarkan
sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13. Miselium
tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup
kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14. Kelembapan
lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15. Tubuh buah
yang sudah cukup mekar dapat dipanen.
3.5 Ciri–ciri Jamur Siap Panen dan Cara Memanen Jamur
Tiram
a. Penentuan
waktu panen
Panen
dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah optimal, cukup besar,
namun belum mekar penuh. Pemanenan biasanya dilakukan dua sampai lima hari
sejak munculnya bakal buah jamur. Cepat tidaknya jamur mencapai ukuran optimal
sangat dipengaruhi tempat. Pemanenan dapat dilakukan setiap waktu, baik pagi,
siang, sore maupun malam hari. Kegiatan panen biasanya bergantung pada
pengumpul atau Bandar dari pasar, namun panen pagi hari dapat menjaga jamur
tetap segar.
b. Cara memanen jamur tiram
Teknik
memanen jamur adalah dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Panen
tidak boleh dilakukan hanya dengan mengambil yang besar saja dan menyisakan
yang kecil–kecil. Karena walaupun disisakan, pertumbuhannya tidak akan optimal
bahkan kadangkala akan mati. Begitu pula bagian batang yang menembus log
tanaman harus dicabut pula.
Log
tanam harus dibersihkan dari sisa–sisa jamur. Apabila tidak, sisa tersebut akan
membusuk dan mengakibatkan log tanam membusuk. Setelah dilakukan pembersihan,
plastic pembungkus log tanam diturunkan kebawah guna memberikan ruang bagi
bakal tubuh buah untuk tumbuh lagi.
3.6 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan
dalam Budidaya Jamur Tiram
a. Kelembaban Lingkungan Tempat
Budidaya Jamur Tiram
Kelembaban
lingkungan tempat budidaya jamur tiram cukup mempengaruhi hasil panen jamur
tiram nantinya. Daerah yang lebih lembab biasanya akan menghasilkan jamur tiram
yang lebar. Nmaun, bagi yang tidak berada di daerah lembab jangan berkecil
hati, karena semua bisa disiasati. Tempat untuk budidaya jamur bisa dibuat
lembab dengan selalu menjaga kelembaban, caranya dengan menyemprotkan air ke
tanah ( tidak perlu di media jamur tumbuh ) dalam jangka waktu tertentu supaya
kelembaban tetap terjaga dan sirkulasi tetap terjaga, misalnya juga membuat
atap yang teduh dari rumput alang – alang atau jerami supaya lebih lembab. Beri
jendela berukuran 30 cm dari atas tanah dan jendela dibuka pada malam hari
supaya sirkulasi udara lancar, karena proses pertumbuhan jamur lebih cepat pada
malam hari.
b. Kenali Fisiologis Jamur Tiram
Sebagai jamur konsumsi, jamur tiram memiliki bentuk yang
khas, misalnya pada tudung berwarna hitam sampai kecoklatan, tekstur
permukaannya licin dan mengkilap, bilahnya berwarna putih, krem atau putih
gading yang tersusun rapat. Jamur tiram hidup dengan baik di suhu kisaran 25 –
30 c.
c. Bibit Jamur Tiram
Media
tanam jamur tiram dari substrat kayu, serbuk kayu, serbuk gergaji, ampas tebu
atau sekam. Namun, bagi yang ingin budidaya jamur lebih mudah bisa langsung
membeli media tanam dan bibitnya langsung yang sudah ditanam ke perusahaan
pembibitan jamur tiram.
d. Rumah Untuk Budidaya Jamur Tiram
Rumah
jamur dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan kestabilan kelembaban
udaranya. Buat beberapa tingkat untuk menempatkan media tanam jamur tiram.
Misalnya, penerapan untuk kebutuhan sekitar 500 – 1.000 buah bag log,
diperlukan bangunan dengan ukuran 6 m x 4 m x 4 m. Bahan yang diperlukan untuk
membuat rumah jamur berupa tiang, kaso, dan terbuat dari bambu atau kayu yang
telah diawetkan.
e. Jaga Temperatur Tempat Budidaya
Jamur Tiram
Temperatur
ini sangat penting dijaga kestabilan kelembabannya. Faktor lingkungan ini akan
sangat mempengaruhi hasil panen jamur tiram nantinya. Pemeliharaan sub–strat
tanam dalam hal ini, harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan
bibit (serat atau miselia seperti benang kapas), temperatur diatur antara 28 –
30 c. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur
diatur antara 26 – 28 c. Seama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah,
kelembaban udara sekitar 90%. Sebab kalau kurang, maka sub – strat tanam akan
mongering. Agar kelembaban terjamin, lantai ruangan sebaiknya disiram air
bersih pada pagi dan sore hari.
f. Masa Panen Jamur Tiram
Jamur
tiram bisa dipanen sekitar 40 hari dari masa pembibitan. Frekuensi panen jamur
tiram bisa dilakukan setiap hari sampai habis, namun hasil yang paling optimal
biasanya panen antara 4 - 8 kali. Setelah media tanam dibuang dan diganti
dengan yang baru lagi untuk budidaya jamur tiram selanjutnya.
3.7 Pengendalian Hama Penyakit dalam Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam
budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau
mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama
dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu
dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
a.
Hama Penyakit Jamur Tiram
1.
Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam
budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor
kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang
tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan.
Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan
menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur
sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara
proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan
dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi
penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan
terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan
menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan
pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau
batang dan jamur yang tidak terpanen. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat,
lakukan pembersihan dan melakukan penyemprotan hama.
2.
Semut, Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar
sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama
tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan
cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika
serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan
jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain,
dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu
hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga
dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
3.
Tumbuhnya Cendawan atau Jamur
lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah
Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat
atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai
dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir
pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram
terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan
karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih
atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit
ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga
kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan.
Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup.
Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara
dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Pembudidayaan jamur tiram itu
tidaklah mudah, ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan butuh kesabaran,
ketelatenan dan keuletan dalam menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama
penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur
itu sendiri terletak pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap
tanaman jamur. Mulai dari persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan,
sterilisasi bagbog hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup
sampai di sisni saja petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan
pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang
berukuran besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30
hari setelah pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk.
Setelah pemanenan jamur tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi
hasil yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di
jual ke pasaran namun untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut
menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan
tersebut. Pengemasan jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan
plastik kedap udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku
bisa di simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.
4.2. SARAN
Hendaknya kita sebagai generasi muda
dan pelajar mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram. Pembudidayaan tanaman jamur harus
ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran
yang ada saat ini.
Kegiatan
pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi muda atau pelajar, hal ini
dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang tua, pihak sekolah
maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan mereka
DAFTAR PUSTAKA
http://tavidibm.blogspot.com