Selasa, 21 Maret 2017

Jamur Tiram


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Jamur tiram adalah salah satu jamur yang sangat laku di pasaran dan sebagai salah satu bahan makanan. Jamur tiram sangatlah sulit untuk ditemukan dan kemunculannya juga hanya sedikit untuk didapatkan. Oleh karena itu diperlukan suatu budidaya jamur tiram untuk memenuhi permintaan pasar, karena tidak sedikit jamur tiram yang berasal dari indonesia di impor ke luar negri.
Namun usaha dalam budidaya jamur tiram seringkali mengalami kegagalan karena teknik dan cara budidaya yang kurang benar. Meskipun gampang, tetapi perlu diperhatikan juga faktor-faktor seperti lingkungan, kebersihannya, serta konsistensi selama perawatan. Jika faktor-faktor tersebut tidak bisa dipenuhi dengan baik maka hasilnya kurang optimal bahkan besar kemungkinan berpotensi mendatangkan kegagalan. Oleh karena itu harus ada pengetahuan khusus terhadap budidaya tersebut.
Jamur tiram yang sering dibudidayakan salah satunya yaitu jamur tiram putih, yang berwarna putih agak krem dengan diameter 3-14 cm. Jamur ini memiliki miselium serta dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik. Pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya sebelum melakukan budidaya jamur tiram.
Pada kehidupan alaminya, jamur tiram tumbuh di hutan dan berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Hal ini penting untuk jadi patokan dalam melakukan budidaya jamur tiram, karena perlu diingat Jamur Pleurotus ini tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak .




1.2   Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :.
1.      Bagaimana karakteristik jamur tiram?
2.      Apa saja kandungan gizi yang terkandung dalam jamur tiram?
3.   Apa saja persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya jamur tiram?
4.      Bagaimana proses dalam penanaman jamur tiram?
5.   Bagaimana penentuan masa panen dan cara memanen jamur tiram?
6.   Apa saja hal–hal yang perlu di perhatikan agar budidaya jamur tiram tidak mengalami kegagalan?
7.   Bagaimana cara pengendalian hama penyakit dalam budidaya jamur tiram?

1.3   Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang penulis teliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui karakteristik jamur tiram.
2.      Mengetahui kandungan gizi yang terdapat dalam jamur tiram.
3.      Mengetahui persiapan-persiapan yang harus dilakukan dalam pembudidayaan jamur tiram.
4.      Mengetahui proses penanaman jamur tiram.
5.      Mengetahui penentuan masa panen dan cara memanen jamur tiram.
6.      Mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram.  
7.      Mengetahui cara bagaimana pengendalian hama penyakit dalam proses pembudidayaan jamur tiram.

1.4   Manfaat Penelitian
Penyusun mengharapkan karya tulis ilmiah ini bisa bermamfaat bagi siapun yang membacanya, baik secara teoritis maupun praktis. Agar makin banyak yang bisa membudidayakan tamana jamur dan dapat menggurangi pengganguran yang ada saat ini yang semakin hari semakin tidak terkendali.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Pengertian Budidaya
Dalam pertanian, budi daya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budi daya adalah "usaha yang bermanfaat dan memberi hasil".
Budidaya adalah suatu proses menghasilkan bahan pangan dan berbagai produk agroindustri lainnya dengan memanfaatkan sumber daya tumbuhan. yang menjadi objek budidaya tanaman ini antara lain tanaman holtikultura, tanaman pangan dan tanaman perkebunan. (Chairani Hanun dalam buku Teknik Budidaya Tanaman tahun 2008
Budidaya adalah berbagai macam kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam nabati yang dilakukan oleh manusia dengan menggunakan modal, teknologi, ataupun dengan sumber daya lainnya untuk menghasilkan suatu produk berupa barang yang bisa memenuhi kebutuhan manusia. (PP RI No. 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman)
B.   Definisi Jamur Tiram   
Jamur merupakan jamur yang banyak digemari oleh masyarakat. Selain kelezatannya, jamur tiram juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Kandungan gizinya yang tinggi dengan berbagai macam asam amino esensial. Jamur juga mengandung senyawa-senyawa lainnya yang penting bagi aspek medis. Pada masyarakat Jepang dan Cina, menu makanan yang terbuat dari jamur sudah menjadi menu yang turun temurun karena mengetahui khasiatnya yang sangat baik bagi tubuh. Di Indonesia, konsumsi jamur dari tahun diketahui semakin meningkat seiring dengan kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang sehat dan terjangkau. (ganeshamicsoft.indojamur.com,2010).


Jamur juga merupakan sumber vitamin anatara lain thiamin, niacin, biotin, dan asam askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan pada jamur, namun dalam jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan precursor vitamin D. Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang dikandung, diantarannya kalsium dan zat besi (Jamurtiramputih’sWeblog.htm,2008).
Menurut Mohammad Amin, jamur tiram merupakan jamur yang berasal dari Divisi Basidiomycotina dari jenis pleurotus (jamur kayu) yang tempat hidupnya atau habitatnya di potongan-potongan kayu. Nama Bassidiomycota itu sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu Bassidium yang berarti “alat kecil”. Bentuk bassidiom tersebut bentuknya mirip payung dan gada sehingga fungi tersebut juga dikenal dengan nama umum fungi gada (club fungi).
 Menurut Neil A. Cambell Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom.









BAB III
ANALISIS MASALAH

3.1    Karakteristik Jamur Tiram
a)   Karakteristik Jamur Tiram Secara Umum :
Ø Heterotrofsaprofit
Ø Multiseluler.
Ø Tubuh disusun oleh hifa dan miselium dan tubuh buah.
Ø Hifa bersekat.
Ø Spora dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi secara seksual.
Ø Reproduksi menghasilkan spora, dilakukan melalui 2 cara yaitu :
1)        Aseksual            : dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2)        Seksual              : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang mendukung
Ø  Alat reproduksi seksual Basidiommycota berupa Basidium.
Ø  Basidium merupakan badan yangberasal dari sebuah sel yang membesar, selanjutnya membentuk empat tonjolan .
Ø  Tonjolan dengan sel induknya dipisahkan oleh sekat hingga akhirnya dihasilkan empat sel yang masing- masing dengan sebuah Basidiospora.
Ø  Seluruh basidium berkumpul membentuk badan yang disebut basidiokarp.
Ø  Bentuk basidiokap bervariasi, ada yang seperti papan, paying, bola, dan ada yang tidak beraturan.

b)   Karakteristik Jamur Tiram Secara Khusus :
Ø  Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.
Ø  Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
Ø  Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Ø  Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk.
Ø  Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu.
Ø  Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.
Ø  Media yang umum dipakai untuk membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu
Ø  Budi daya jamur tiram dapat pula menggunakan substrat jerami dengan tahapan tertentu
Ø  Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.

3.2 Kandungan Gizi Jamur Tiram
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung : protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C.
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%. Komposisi dan kandungan nutrisi setiap 100 gram jamur tiram adalah 367 kalori, 10,5-30,4 persen protein, 56,6 persen karbohidrat, 1,7-2,2 persen lemak, 0.20 mg thiamin, 4.7-4.9 mg riboflavin, 77,2 mg niacin, dan 314.0 mg kalsium. Kalori yang dikandung jamur ini adalah 100 kj/100 gram dengan 72 persen lemak tak jenuh. Serat jamur sangat baik untuk pencernaan. Kandungan seratnya mencapai 7,4- 24,6 %.
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin, histidin, dan fenilalanin.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama kandungan proteinnya 15-20% dari berat keringnya. Daya cernanya pun tinggi mencapai 34-89%. Sifat nutrisi kelengkapan asam amino yang dimiliki oleh jamur lebih menentukan mutu gizinya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89%air. Kandungan lemak cukup rendah anatara 1,08-9,4% dari berat kering terdiri dari asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida (jamurtiramputih’s Weblog.htm.,2008).

3.3 Persiapan yang dilakukan dalam Pembudidayaan Jamur Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit jamur tiram, dan peralatan budidaya. Bibit tanaman jamur tiram dapat dibeli di petani jamur tiram . Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita bisa memanfaat peralatan dapur.
Untuk mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya, yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas. Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi lingkungan setempat.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen jamur tiram.  Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong plastik bening tahan panas berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun komposisi media sema adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur 0,5 kg; dan air 50-60%. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur, yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.

3.4 Proses dalam Pembudidayaan Jamur Tiram
       Adapun proses pembuatan jamur tiram adalah sebagai berikut :
1.    Serbuk gergaji dipilih dan dibersihkan. Bagian yang besar dan tajam dibuang karena dapat merusak plastik substrat.
2.    Bahan yang sudah ada dicampur sesuai komposisi takaran dalam jolang / baskom plastik. Aduk sampai merata, jangan sampai ada gumpalan-gumpalan. Adapun bahan yang dicampurkan untuk menghasilkan 100 log adalah sebagai berikut :
·         Serbuk gergaji 10,5 kg
·         Tepung jagung 0,6 kg
·         Dedak halus 21 kg
·         TSP 1 kg
·         Kapur 3 buah Beri air secukupnya.
3.    Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,5. Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata. Jangan lupa, ujung plastik bagian bawah ditusuk jari telunjuk supaya masak. Hal ini dilakukan agar bahan yang dimasukkan dan dipadatkan bisa duduk posisinya (tidak miring). Pengisian dilakukan tidak terlalu penuh, tapi disisakan 15 cm untuk memudahkan dalam mengikat.
4.    Tiap log ditimbang beratnya, yaitu sebanyak 1,2 kg.
5.    Sisa ujung plastik ke dalam cincin dilipat keluar, lalu diikat mulut plastik tersebut dengan karet tahan panas.
6.    Tutup mulut log tersebut dengan kapaskemudian tutup lagi dengan kertas, lalu diikat lagi dengan karet.
7.    Dilakukan pengukusan terhadap log media selama 12 jam.
8.    Lamanya pengukusan dihitung setelah air di dalam drum mendidih.
9.    Setelah selesai pengukusan, media di angkat dari drum. Lalu, biarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup. Untuk selanjutnya, dilakukan penanaman bibit.
10.  Setelah media dingin, baru dilakukan penanaman bibit, caranya:
·         Penanaman bibit dilakuan di ruangan tertutup
·         Semprot isi ruangan dengan alkohol 95%
·         Gunakan sarung sarung tangan dan semprot dengan alkohol 95%
·         Untuk memudahkan penanaman bibit, media yang akan diinokulasi disimpan di depan dekat tangan kiri. Bibit yang akan ditanamkan disimpan di depan dekat tangan kanan. Antara media yang akan ditanami dan bibit, disimpan lampu spirtus.
·         Buka karet, kertas penutup, serta kapas penutup media.
·         Masukkan 3 sendok makan bibit untuk satu log media.
·         Setiap gerakan sendok yang dipakai, dipanaskan dengan api dari lampu spirtus.
·         Media yang sudah ditanami bibit tersebut ditutup kembali dengan kapas.
·         Penanaman bibit dikerjakan dengan cepat, tetapi harus teliti.
11.  Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak.
12.  Biarkan sampai seluruh media diisi miselium jamur.
13.  Miselium tumbuh memenuhi log media. Setelah seluruh log media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas log tersebut dibuka.
14.  Kelembapan lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer.
15.  Tubuh buah yang sudah cukup mekar dapat dipanen.

3.5 Ciri–ciri Jamur Siap Panen dan Cara Memanen Jamur Tiram
     a. Penentuan waktu panen
Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah optimal, cukup besar, namun belum mekar penuh. Pemanenan biasanya dilakukan dua sampai lima hari sejak munculnya bakal buah jamur. Cepat tidaknya jamur mencapai ukuran optimal sangat dipengaruhi tempat. Pemanenan dapat dilakukan setiap waktu, baik pagi, siang, sore maupun malam hari. Kegiatan panen biasanya bergantung pada pengumpul atau Bandar dari pasar, namun panen pagi hari dapat menjaga jamur tetap segar.

b. Cara memanen jamur tiram
            Teknik memanen jamur adalah dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada. Panen tidak boleh dilakukan hanya dengan mengambil yang besar saja dan menyisakan yang kecil–kecil. Karena walaupun disisakan, pertumbuhannya tidak akan optimal bahkan kadangkala akan mati. Begitu pula bagian batang yang menembus log tanaman harus dicabut pula.
            Log tanam harus dibersihkan dari sisa–sisa jamur. Apabila tidak, sisa tersebut akan membusuk dan mengakibatkan log tanam membusuk. Setelah dilakukan pembersihan, plastic pembungkus log tanam diturunkan kebawah guna memberikan ruang bagi bakal tubuh buah untuk tumbuh lagi.




3.6 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan dalam Budidaya Jamur Tiram
a.  Kelembaban Lingkungan Tempat Budidaya Jamur Tiram
Kelembaban lingkungan tempat budidaya jamur tiram cukup mempengaruhi hasil panen jamur tiram nantinya. Daerah yang lebih lembab biasanya akan menghasilkan jamur tiram yang lebar. Nmaun, bagi yang tidak berada di daerah lembab jangan berkecil hati, karena semua bisa disiasati. Tempat untuk budidaya jamur bisa dibuat lembab dengan selalu menjaga kelembaban, caranya dengan menyemprotkan air ke tanah ( tidak perlu di media jamur tumbuh ) dalam jangka waktu tertentu supaya kelembaban tetap terjaga dan sirkulasi tetap terjaga, misalnya juga membuat atap yang teduh dari rumput alang – alang atau jerami supaya lebih lembab. Beri jendela berukuran 30 cm dari atas tanah dan jendela dibuka pada malam hari supaya sirkulasi udara lancar, karena proses pertumbuhan jamur lebih cepat pada malam hari.
b.      Kenali Fisiologis Jamur Tiram
Sebagai jamur konsumsi, jamur tiram memiliki bentuk yang khas, misalnya pada tudung berwarna hitam sampai kecoklatan, tekstur permukaannya licin dan mengkilap, bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun rapat. Jamur tiram hidup dengan baik di suhu kisaran 25 – 30 c.
c.       Bibit Jamur Tiram
Media tanam jamur tiram dari substrat kayu, serbuk kayu, serbuk gergaji, ampas tebu atau sekam. Namun, bagi yang ingin budidaya jamur lebih mudah bisa langsung membeli media tanam dan bibitnya langsung yang sudah ditanam ke perusahaan pembibitan jamur tiram.
d.      Rumah Untuk Budidaya Jamur Tiram
Rumah jamur dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan kestabilan kelembaban udaranya. Buat beberapa tingkat untuk menempatkan media tanam jamur tiram. Misalnya, penerapan untuk kebutuhan sekitar 500 – 1.000 buah bag log, diperlukan bangunan dengan ukuran 6 m x 4 m x 4 m. Bahan yang diperlukan untuk membuat rumah jamur berupa tiang, kaso, dan terbuat dari bambu atau kayu yang telah diawetkan.
e.       Jaga Temperatur Tempat Budidaya Jamur Tiram
Temperatur ini sangat penting dijaga kestabilan kelembabannya. Faktor lingkungan ini akan sangat mempengaruhi hasil panen jamur tiram nantinya. Pemeliharaan sub–strat tanam dalam hal ini, harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan bibit (serat atau miselia seperti benang kapas), temperatur diatur antara 28 – 30 c. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur diatur antara 26 – 28 c. Seama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara sekitar 90%. Sebab kalau kurang, maka sub – strat tanam akan mongering. Agar kelembaban terjamin, lantai ruangan sebaiknya disiram air bersih pada pagi dan sore hari.
f.       Masa Panen Jamur Tiram
Jamur tiram bisa dipanen sekitar 40 hari dari masa pembibitan. Frekuensi panen jamur tiram bisa dilakukan setiap hari sampai habis, namun hasil yang paling optimal biasanya panen antara 4 - 8 kali. Setelah media tanam dibuang dan diganti dengan yang baru lagi untuk budidaya jamur tiram selanjutnya.

3.7 Pengendalian Hama Penyakit dalam Budidaya Jamur Tiram
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri. Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
a.   Hama Penyakit Jamur Tiram
1.      Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban, kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu, hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal atau batang dan jamur yang tidak terpanen. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan pembersihan dan melakukan penyemprotan hama.
2.      Semut, Laba-laba, dan Kleket
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida. Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya dengan tangan.
3.      Tumbuhnya Cendawan atau Jamur lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp., Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog. Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat. Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab. Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung kemudian dibakar.


















BAB IV
PENUTUP

4.1.  KESIMPULAN
Pembudidayaan jamur tiram itu tidaklah mudah, ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan butuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan dalam menjaga jamur tersebut supaya tidak terkena hama penyakit yang dapat menumbulkan gagal panen. Keberhasilan pembudidayaan jamur itu sendiri terletak pada kebersihan yang dilakukan pembudidaya terhadap tanaman jamur. Mulai dari persiapan penanaman jamur, sterilisasi bahan, sterilisasi bagbog hingga penanaman bibit jamur tersebut ke bablog tidak cukup sampai di sisni saja petani juga harus tetap menjaga suhu yang ada di ruangan pembudidayaan tetap stabil untuk memperoleh hasil yang maksimal atau jamur yang berukuran besar yang sangatlah laku di pasaran.
Pemanenan jamur tiram dilakukan 30 hari setelah pembibitan dimulai. Atau setelah 2-3 minggu hingga buah berbentuk. Setelah pemanenan jamur tiram haruslah di sortir terlebih dahalu untuk membagi hasil yang besar dan kecil bisasnya hasil yang besar oleh petani langsung di jual ke pasaran namun untuk hasil yang kecil petani pengolah kembali jamur tersebut menjadi makanan misal jamur krispy yang di jual di sekitar pembudidayaan tersebut. Pengemasan jamur tiram yang akan di jual kepasaran dengan menggunakan plastik kedap udara supaya jamur dapat bertahan lama atau jika jamur tidak laku bisa di simpan di lemari pendingan agar jamur tetap segar.

4.2.  SARAN
Hendaknya kita sebagai generasi muda dan pelajar mau mengetahi proses dalam pembudidayaan jamur tiram. Pembudidayaan tanaman jamur harus ditingkatkan guna mengwujudkan kebutuhan pasar dan menggurangi pengangguran yang ada saat ini. Kegiatan pembudidayaan harus di perkenalkan kepada generasi muda atau pelajar, hal ini dapat dilakukan dengan adanya campur tangan dari orang tua, pihak sekolah maupun masyarakat yang ada di sekitar lingkungan mereka
DAFTAR PUSTAKA

http://tavidibm.blogspot.com